Kamar 515 'Mencari Alam yang Hilang'
Photo taked by Nama Hilang + Ilustration by Me
"Mencari Alam yang Hilang"
by Nama Hilang
Udara sore itu membusuk dicampur suasana jahat merasuk ada wajah bermuka petruk ada badan bagaikan badut ada pula yang mulutnya bau kentut melayang-layang meramaikan suasana di altar misteri yang kian hari kian carut marut.
Jarum jam yang seperti pisau tajam berputar cepat bak halilintar seakan sedang dikecup kegalauan, langit berubah warna menjadi hitam kelam tak ada bintang tak ada nyanyian hanya hening tanpa obrolan tentang wanita-wanita warteg jalan batan.
Di pasar Jum’at terdapat selapang tanah yang konon katanya tanah itu dulunya adalah tanah para banci lampu merah berkumpul dan membahas rapat kerja organisasi ‘kumpulan banci-banci indonesia’ (KBBI) yang kemudian digusur dan dirubah menjadi asrama untuk laki-laki sejati yang sehari-harinya selalu membaca, menghafal dan mengkaji ayat-ayat suci, super sekali.
Maka jadilah ‘Rusunawa PTIQ’ .
Di pertengahan tahun 2011 Rusunawa PTIQ kedatangan 4 orang makhluk ternama di daerahnya yang bernama Luthfi si unyu-unyu, Gesta si chibi-chibi, Alam ci anak Papih dan Bedul si anak hilang yang kemudian setelah kongres mereka sepakat berkumpul di kamar nomor 515, dan mulai detik itu kamar 515 akan menjadi kamar yang akan dikutip oleh sejarah masa-masa pendewasaan diri.
5 adalah rukun islam 1 adalah Simbol ke-esaan Allah 5 terakhir adalah sholat 5 waktu, itulah falsafah kamar 515 ‘berusaha melaksanakan shalat 5 waktu dengan baik guna melakukan salah satu rukun islam dan tentunya ikhlas karena Dzat yang satu yaitu Allah SWT’, super sekali saudara-saudara.
***
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, tapi tetap saja pegawai kantin tidak ada yang berjenis kelamin perempuan dan pada hari itu terjadilah sesuatu yang membuat seluruh isi penghuni kamar 515 Cetar membahana, ulala ulapreet.
Ada apakah sebenarnya ?
Oh ternyata Uas telah datang melanda, seluruh isi kamar sibuk membenahi hafalannya, Lutfi gugur di medan perang, Gesta layu tak jadi berkembang, si bedul larut dalam lamunan dan . . dan. . kemanakah pejuang yang satu lagi ?
Apah ?
Apah ?
Alam menghilang ?
Alam menghilang ?
Alam yang selama ini disayangi oleh Mamah Papahnya menghilang ?
Alam yang selama ini selalu memberi nasi pada kami, menghilang ?
(Pada bagian ini dibaca dramastis)
Tidak ! Pasti ini Cuma mimpi, tidak mungkin, Kuntilanak mana menculiknya ?
Pocong mana yang hendak merampasnya ?
Tolong kembalikan Alam pada kami, karena Alam itu satu-satunya tuyul yang kamar ini miliki, please Alam kembalilah pada kami .
(Gesta dan luthfi menangis dan menjerit-jerit, si bedul tetap tidur dan tidur dan tidur lagi)
*Bersambung dulu mau tidur ~ heJakarta, 30 Januari ~ 515
Ucapan terimakasih kepada : Muhammad Ibtissam sebagai perangsang inspirasi penulisan .
0 komentar:
Posting Komentar