13 Januari 2016

ke Pare (lagi)

Halo Pare,
Lama gak ketemu, hmm udah 8 tahun aja yah setelah demam berdarah memisahkan kita. Sekarang baru tahu kalo tahun 2008-2009 itu db memang lagi mewabah ya disini. Iya aku dikasih tahu sama Mr. Mujib.

Oh iya kamu banyak berubah sekarang, banyak tempat nongkrong, orangnya juga makin banyak. Sampe kaget waktu pertama nyampe El-Fast ada gadis dengan kain pantai. Pemandangan yang memanjakan mata, tapi ya jangan dipandangin terus, kedipan pertama kan rejeki, jadi kata mas loli kalo gak kuat untuk gak ngedip, ya ngedipnya di tempat lain, dasar mas lol.

Aku sempet gak inget arah gitu pas pertama datang, untung ada Mufida Banni Anindita Putri atau biasa dipanggil cuk (kalem ini bukan cuk dari ***cuk nya bahasa jawa, ini panggilan sayang aja dari seorang teman) dia ngajak aku keliling pare. Dan kebetulan ketemu Sabiq, sodara gw, dia juga kursus di sini.

Tapi dari beberapa hal yang Nampak berbeda dari dirimu ada hal yang gak pernah berubah, adalah harga makanan disini masih tetep murah. Masalahnya karena murah bawaannya pengen makan dan jajan mulu. Kenanya ya boros kaya di Jakarta-jakarta juga.

Dari rutinitas-rutinitas yang padet ini aku mulai berfikir. Oh pantas orang berbondong-bondong datang ke Pare untuk belajar bahasa Inggris. Karena disini ya memang orang-orang memiliki tujuan yang relative sama, belajar bahasa Inggris. Ya sebagian ada juga yang cuma pengen jalan-jalan sekalian belajar.

Oh iya makasih ya kamu udah mempertemukan aku dengan orang-orang disini. Orang-orang mulai dari ujung Aceh kaya Igtifar dan Kak Datin Sofia, sampe sumber air sudekat Mbak Angel (tapi bukan Mbak Angel istrinya Mas Adi) dll. Disini aku belajar banyak budaya dari banyak daerah lah. Ya minimal bahasa kotornya. Eits bukan untuk digunakan tidak baik, tapi kita tahu kalo ada orang ngatain pake bahasa kotor kita tahu dia sedang berbicara yang tidak baik.

Tapi, mungkin karena rutinitas ini juga sepertinya aku mulai jenuh dengan soal-soal toefl ini. Makanya pas Jordan ngajakin jalan-jalan ke Batu Malang aku siap. Ya seperti biasa, kalo acara mendadak pasti jadi. Makasih juga untuk Qonita, Eyi, Anju, Ayu, Iskendor & Suciadi yang telah meramaikan petualangan ke Batu ya meskipun diwarnai dengan banyaknya ekspektasi yang tak sesuai dan mobil sewaan yang rusak. Tapi tanpa itu kita gak akan sedekat sekarang mungkin.


Rutinitas pun berlanjut lagi seperti biasa, pagi hari dimulai dengan panggilan Jodi “program” tapi sepertinya tidak mempan terhadapku aku masih enak bobo memeluk 2 bantal (yang di minggu terkahir hilang entah kemana) dilanjut sarapan di warung jepang depan elfast, mbak yang layaninya cantik kaya gadis jepang, terus mandi dengan wc tanpa kunci, ya sedikit waswas, lalu masuk kelas Mr. Anas (juju raja gw bête sama jam ini soalnya gak asik) Tanpa waktu istirahat (ya kalo aku sama jordan sih pasti ke kantin dulu beli makanan) dilanjut Studi Club Mr Farid, kalo kata Qonita mukanya ngeselin, Ishoma terus Masuk Listening Miss Faidah dilanjut Main Class nya Mr Mujib ampe Magrib. Dan malamnya ya yang kita tunggu2 “Scoring” dengan ritual gak mandi dulu dan gak makan berat karena ditakutkan ngantuk pas Scoring.


Entah pepatah lama atau bukan, ketika hari mu membosankan harimu akan berjalan begitu lama. Sebaliknya ketika hari itu kamu nikmati hari itu akan cepat berlalu. Dan ketika aku mulai menikmati semua ini. Semua melesat bak jet (selain jet apalagi yang melesat cepat ya? Oh iya uang di dompet)
Tanpa terasa sekarang aku Cuma bisa melihat kalian melalui foto yang sempat aku ambil disana. Aku sedang duduk di kamarku, sembari mendengar gemercik air hujan di luar sana sambil bingung mau nulis apa padahal masih banyak yang ingin aku sampaikan.




Yang jelas aku rindu kamu, Pare.